Ciri-ciri Karakteristik Narasi Anak Religi
Ciri-ciri Karakteristik Narasi Anak Religi - Susunan satu narasi anak intinya sama dengan susunan satu karya fiksi yang ditujukan untuk orang dewasa, baik itu narasi anak umum maupun religi, yang membedakan hanya sifatnya saja yang lebih religius. Susunan narasi anak terbagi dalam character, plot, theme, setting, point of view, serta style, character sendiri mencakup tokoh, penokohan, serta perwatakan. Cuma saja, susunan narasi anak berdiri dengan ciri khasnya sendiri sebagai sastra anak (Tarigan, 1995).
Scharbach lewat menyampaikan kalau arti topik datang dari bhs Latin yang bermakna “tempat menempatkan satu piranti”. Menurut Scharbach “Tema yaitu inspirasi yang memicu satu narasi hingga bertindak sebagai pangkal tolak pengarang dalam menuturkan karya fiksi yang diciptakannya”. Dengan keterangan itu, topik untuk pengarang jadi suatu hal yang perlu dipahami sebelumnya dituangkan dalam narasi untuk ditafsirkan pembaca (Joharudin, 2012. http :// www. Bhs. Blogspot. com, dibuka 6 Maret 2015).
Brooks serta Warren lewat menyampaikan kalau “Tema yaitu basic atau arti satu narasi atau novel”. Topik adalah pandangan hidup spesifik atau rangkaian nilai-nilai spesifik yang membuat atau bangun basic atau ide paling utama dari satu karya sastra. Topik adalah hal yang utama dalam narasi. Satu narasi tidak ada topik belumlah memiliki arti. Tiap-tiap narasi tentu memiliki topik, walau pengarang kadang-kadang tak mengungkap topik dengan cara segera, tetapi kadang-kadang pembaca baru memperoleh arti narasi sesudah usai membacanya (Joharudin, 2012. http :// www. Bhs. Blogspot. com, dibuka 6 Maret 2015).
Sarumpaet menyampaikan kalau dalam narasi anak, ada yang namanya pantangan, terlebih narasi anak religi, hal semacam ini sehubungan dengan kondisi perubahan anak. Pantangan ini umpamanya berupa sex (cinta yang erotis) serta kekejaman (sadisme). Tema-tema yang pas untuk anak yaitu beberapa topik yang menghidangkan permasalahan yang sesuai sama alam hidup anak-anak. Umpamanya, topik mengenai kepahlawanan, suka-duka pengembaraan, kejujuran, keadilan, ketuhanan, dan sebagainya (Sarumpaet, 2003).
Narasi anak yang baik, yakni narasi yang mengantarkan serta pergi dari dunia anak-anak. Saat membaca narasi, anak-anak tak kesusahan mengerti ceritanya. Jadi, narasi anak yang baik yakni narasi yang simpel, tak berbelit-belit, serta gampang dipahami jalan ceritanya (Nurgiantoro, 2005)
Menurut Scharbach narasi anak religi dibuat oleh unsur-unsur intrinsik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar